Jumat, 01 Juni 2012

5 Tanda Manusia Masih Berevolusi

Oleh Jessica Hullinger, 30 Mei 2012
Ketika kita berpikir tentang evolusi manusia, pikiran kita akan mengembara kembali ke ribuan tahun yang dibutuhkan seleksi alam untuk menghasilkan manusia modern hari ini. Tetapi sebagai spesies apakah kita masih terus berubah, bahkan hari ini? Penelitian baru menunjukkan bahwa, meskipun teknologi modern dan industrialisasi semakin canggih, manusia terus berevolusi. "Adalah kesalahpahaman umum bahwa evolusi berlangsung lama, dan bahwa untuk memahami diri kita harus melihat kembali ke masa berburu dan mengumpulkan makanan", kata Dr. Virpi Lummaa dari Departemen Ilmu Hewan dan Tanaman Universitas Sheffield.

Akan tetapi kita tidak hanya sekedar berevolusi, kita berevolusi lebih cepat dari sebelumnya. Dalam 10.000 tahun terakhir, laju evolusi kita 100 kali lebih cepat, menciptakan lebih banyak mutasi dalam gen kita, dan seleksi yang lebih alami dari mutasi tersebut. Berikut adalah bukti bahwa manusia terus berovolusi.

1. Kita Minum Susu

Secara historis, gen yang mengatur kemampuan manusia untuk mencerna laktosa mati setelah mereka berhenti minum ASI. Tapi ketika kita mulai membudidayakan sapi, domba dan kambing, memungkinkan kita untuk bisa minum susu berkualitas dan mendapat manfaat dari nutrisinya, dan orang-orang dengan mutasi genetik memungkinkan mereka untuk mampu mencerna laktosa yang membuat gen-gen berkembang.


Sebuah studi di tahun 2006 menunjukkan toleransi terhadap laktosa ini masih berkembang sejak 3.000 tahun lalu di Afrika Timur. Bahwa mutasi genetik untuk mencerna susu kini dilakukan oleh lebih dari 95 persen dari keturunan Eropa Utara.

2. Kita Kehilangan Gigi Bungsu

Nenek moyang kita memiliki rahang yang jauh lebih besar daripada kita, yang membantu mereka mengunyah makanan keras dari akar, kacang dan daun. Dan mencabik-cabik daging yang dimakan dengan gigi mereka yang menyebabkan kelelahan pada taring sehingga perlu diganti.Kembali ke gigi bungsu : Ketiga geraham diyakini sebagai jawaban evolusi untuk menunjukkan kebiasaan makan nenek moyang kita.


Sekarang kita memiliki banyak peralatan untuk mengolah makanan. Makanan kita lebih lembut dan lebih mudah dikunyah, menghasilkan rahang kita yang kecil, itulah kenapa gigi bungsu kita sering terasa sakit ketika tumbuh karena tidak cukup ruang untuk tumbuh. Seperti halnya usus buntu, gigi bungsu menjadi tidak berfungsi lagi. Salah satu perkiraan mengatakan 35 persen dari populasi lahir tanpa gigi bungsu, dan beberapa mengatakan mereka hilang sama sekali.


3. Kemampuan Melawan Penyakit


Di tahun 2007, sekelompok peneliti yang mencari tanda-tanda evolusi terakhir menemukan 1.800 gen yang hanya ada pada manusia 40.000 tahun terakhir, banyak yang bertujuan untuk memerangi penyakit menular seperti malaria. Lebih dari selusin varian genetik baru yang memerangi malaria berkembang pesat di Afrika. Studi lain menemukan bahwa seleksi alam telah memilih para penghuni kota. Tinggal di kota menghasilkan varian genetik yang memungkinkan kita untuk lebih tahan terhadap penyakit seperti tuberkulosis dan lepra. "Hal ini tampaknya menjadi tindakan elegan dalam evolusi, " kata Dr. Ian Barnes dari School of Biological Sciense di Royal Holloway. "Ini menandakan pentingnya aspek-aspek evolusi kita yang sangat baru sebagai spesies, perkembangan kota menjadi kekuatan selektif."


4. Otak Kita Menyusut


Sementara ini kita pasti meyakini bahwa otak besar kita membuat kita lebih pintar dari seluruh dunia hewan, otak kita benar-benar telah menyusut selama 30.000 tahun terakhir. Rata-rata volume otak manusia mengalami penurunan dari 1.500 cm3 menjadi 1.350 cm3, yang setara dengan sebuah bola tenis.


Ada kesimpulan yang berbeda mengapa ini terjadi: Satu kelompok peneliti menduga otak kita menyusut menandakan kita semakin bodoh. Secara historis, ukuran otak menurun ketika masyarakat berkembang menjadi lebih besar dan kompleks, menunjukkan bahwa jaring pengaman masyarakat modern menegasikan korelasi anta kecerdasan dengan kemampuan bertahan hidup. Tapi teori lain yang lebih menggembirakan mengatakan otak kita menyusut bukan karena kita semakin bodoh, tapi karena otak yang lebih kecil lebih efisien. Teori ini menunjukkan bahwa, karena mereka menyusut, otak kita sedang mencoba menyambung ulang agar bekerja lebih cepat tetapi menggunakan ruang yang sedikit. Ada juga teori bahwa otak yang lebih kecil merupakan keuntungan evolusioner karena mereka mengurangi keagresifan kita, memungkinkan kita untuk bekerja sama untuk memecahkan masalah, lebih baik daripada bekerja sendiri-sendiri hingga hancur.


5. Kita Memiliki Mata Yang Biru


Pada mulanya, kita semua memiliki mata coklat. Akan tetapi sekitar 10.000 tahun yang lalu, seseorang yang tinggal di dekat Laut Hitam mengembangkan mutasi genetik yang mengubah mata coklat menjadi biru. Sementara alasan mata biru bertahan hingga saat ini tetap menjadi sedikit misteri, satu teori menyatakan bahwa mereka bertindak sebagai semacam tes DNA. "Ada kebiasaan yang cukup kuat bagi seorang pria untuk tidak menginvestasikan DNAnya pada anak orang lain", kata penulis utama dari studi pengembangan bayi biru kami. Karena hampir tidak mungkin bagi dua pasangan bermata biru untuk menghasilkan bayi bermata coklat, leluhur lelaki kita yang bermata biru mencari pasangan bermata biru sebagai cara untuk memastikan kesetiaan. Dalam penelitian terbaru, ini sedikit menjelaskan mengapa pria bermata biru lebih menarik bagi wanita bermata biru dibandingkan wanita bermata coklat, sedangkan pria dan wanita bermata coklat menunjukkan tidak pilih-pilih.

Sumber: 
http://www.mentalfloss.com/blogs/archives/128372
Protected by Copyscape Duplicate Content Tool